Di sebuah hamparan danau nan biru kehijauan, disana aku berdiri, berpijak pada segundukan tanah berumput liar, berpohon beberapa, tampak teduh dari kejauhan, mungkin gundukan tanah itu bisa disebut pulau, kecil saja.
Aku berjalan, memandang jauh ke depan, menghampiri satu dari beberapa pohon itu, tak rindang, tapi lumayan menyejukkan, tak ada siapa-siapa, aku sendiri. Lalu aku tatapi air danau yang biru hijau itu, tenang, dalamkah? tanyaku
Aku berjalan, memandang jauh ke depan, menghampiri satu dari beberapa pohon itu, tak rindang, tapi lumayan menyejukkan, tak ada siapa-siapa, aku sendiri. Lalu aku tatapi air danau yang biru hijau itu, tenang, dalamkah? tanyaku
dalam hati.
Lalu diseberang sana, dalam jarak yang tak jauh rasanya, aku lihat lagi gundukan tanah berwarna kecoklatan, rasanya lebih kecil dari pulau yg kupijak. Tunggu ! aku lihat ada manusia disana, berdua mereka, tampak bercakap-cakap. Terlihatkah diriku yang sendiri disini, merasa terasing dan tersesat di entah bumi
bagian mana dari dunia yang aku tahu selama ini.
Aku lambai-lambaikan tanganku, aku keluarkan suaraku yang aku sebut itu teriakan, meloncat-loncat aku setinggi yang aku mampu, berusaha membuat gerakan, agar dua manusia itu melihat ke arahku. Tapi mereka bergeming.
Lelah aku atas tingkahku,
Tapi belum hilang dayaku, dan aku pun berlari sekencang aku bisa menggerakkan kaki-kaki kecilku, sambil terus mengeluarkan suara yang masih menyerupai teriakan, hingga perih tenggorokanku, dan keluar air mataku, entah sedih atau merasa tak lagi mampu berusaha lebih dari itu.
Lariku tak bisa terhenti, terus berlari, berlari dan berlari, berharap bisa meloncat ke gundukan tanah yang dipijaki dua manusia itu, tapi....aku lalu merasakan melayang, tak tinggi, tapi tak kuinjak tanah lagi..
Lariku tak bisa terhenti, terus berlari, berlari dan berlari, berharap bisa meloncat ke gundukan tanah yang dipijaki dua manusia itu, tapi....aku lalu merasakan melayang, tak tinggi, tapi tak kuinjak tanah lagi..
Kakiku menyentuh air yang biru kehijauan, tak bisa lagi aku berlari, terjatuh aku di danau indah yang tadi aku tatapi, kakiku menggapai-gapai, tak bisa berpijak pada apapun, aku berusaha terus bergerak, menuju pulau lain, yang bermanusia itu.
Badanku terasa semakin berat, seperti terhisap ke dalam danau yang aku tak tahu sedalam apa, tanganku melambai-lambai ke udara, air biru hijau telah mulai aku telan dengan terpaksa, tapi mulutku tak kuasa teriakan kata. Tunggu ! jangan menyerah, begitu pinta hatiku pada otakku, tinggal sedikit lagi menuju pulau dengan dua manusia itu.
Badanku terasa semakin berat, seperti terhisap ke dalam danau yang aku tak tahu sedalam apa, tanganku melambai-lambai ke udara, air biru hijau telah mulai aku telan dengan terpaksa, tapi mulutku tak kuasa teriakan kata. Tunggu ! jangan menyerah, begitu pinta hatiku pada otakku, tinggal sedikit lagi menuju pulau dengan dua manusia itu.
Semakin keras kakiku bergerak rasanya, tapi makin lemah sang daya berupaya, kini yang tersisa di udara hanya kepalaku, dengan mata yang tak berkedip memandang mereka, yang tetap asyik bercakap berdua, tak melihat aku walau sekedar menolehkan kepala saja.
Kemudian aku merasakan tubuhku melayang, ringan, masuk menyesak ke dalam danau indah nan biru kehijauan, terhisap aku oleh keindahan, tak terpikirkan lagi dua manusia yang mungkin saja sebenarnya tak punya mata dan telinga, sehingga tak terlihat ada aku di dekat mereka, tak terdengar suaraku melengking di udara.
Kini hanya ada aku yang sedang melayang semakin dalam, sendirian.
(19 desember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar/ulasan :