Minggu, 12 Juni 2011

p e r t a n d a


Di bening pagi, ketika matahari mulai terlihat cahayanya, samar-samar..dan rembulan masih menampakkan sisa sinar indahnya sekilas di langit, ada nuansa
berbeda di angkasa,..aku lahir ke dunia, begitu kata ibunda.

Menangiskah aku? tanyaku pada ibunda, tangismu keras nak, begitu jawabnya..
Ah, pasti tangisku waktu itu seperti sebuah pengumuman, sebuah lonceng, sebuah pertanda bahwa ada makhluk mungil yang akan menambah sesak dunia
dan ikut menghabiskan oksigen di udara

Dan waktu pun berlalu...tak terasa, namun ada
Begitu banyak peristiwa silih berganti, yang ingin dikenang malah hilang, yang ingin dilupakan selalu terbayang-bayang,..
Masih suka menangiskah aku? pertanyaan itu tak lagi untuk ibunda, tapi untukku, yang telah melalui peristiwa-peristiwa itu, ya...aku selalu menangis, tapi tak lagi keras..
Tangisku dalam diam, dalam sunyi...tak pantas jadi pengumuman, tak mungkin jadi lonceng, tapi tetap, menjadi sebuah pertanda..entah sedih, entah bahagia, atau tangis yang mati rasa..

Di bening pagi, ketika matahari mulai terlihat cahayanya, samar-samar..dan rembulan masih menampakkan sisa sinar indahnya sekilas di langit, ada warna berbeda di angkasa,..aku telah terlahir sekian waktu, telah menikmati oksigen bahkan zat beracun lainnya di udara yang sudah menghitam warnanya

Dan aku tetap membuat pertanda, dengan menangis dalam diam, dalam sunyi...sendiri...

(2 oktober 200)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar/ulasan :