Matahari pagi, sudah meninggi, beranjakku pergi. Hari ini ada janji, akan melewati hari dengan cerita yang belum pernah aku lalui.
Tibaku di stasiun kereta api, masih agak sepi. Kulihat deretan kios berwarna biru, yang tampaknya tidak semua buka di hari minggu. Seru, itu pikirku, duduk bersama orang-orang yang tak pernah aku tahu, menunggu kendaraan panjang yang menderu dimana manusia akan berjejalan disitu.
Mataku asyik berkeliaran, memandangi orang berlalu lalang, ada yang berbincang-bincang, pedagang nenjajakan barang-barang, ada juga yang hanya diam, seperti aku. Diam, menikmati pemandangan, ditemani lagu-lagu dari sebuah band yang namanya adalah warna kesukaanku. Lalu tersenyum aku, diantara manusia-manusia yang tidak aku kenal dan tidak mengenalku, aku sibuk menjiwai lirik lagu-lagu yang tak pernah aku tahu (karena bukan band favoritku). Lucunya sebuah suasana, bisa membuat orang mengisi pikiran dengan apa saja, tidak perlu penting, tapi bukan pula hal yang rutin.
Terdengar bunyi kereta menderu, tapi bukan untukku, masih beberapa saat lagi tumpanganku akan tiba, begitu kata petugas melalui pengeras suara. Lalu kendaraan yang sering terlambat datang itu melaju kencang di depanku, angin menyapu wajahku. Dan diantara orang yang berdesakan, diantara tangan-tangan yang bergelantungan menahan berat badan yang terguncang-guncang, aku menikmati bunyi itu, bunyi kereta api. Rasanya sampai berdentum di dadaku, aku suka itu, semoga ini bukan hal yang lucu.
Keretaku tiba. Teman perjalananku sudah ada disana, memberi kabar, bahwa dia ada di gerbong paling belakang, duduk nyaman, menantiku datang. Aku pun naik dengan tergesa. Bila tadi aku menikmati pemandangan orang berebutan hanya sekedar untuk melangkahkan kaki ke dalam kereta, mungkin saat ini akulah yang dinikmati sebagai pemandangan bagi orang-orang. Hidup itu memang bergantian cerita.
Penuh. Sesak. Bisa berdiri tanpa desakan kanan kiri sudah cukup disyukuri. Kembali kubiarkan mataku berkeliaran. Melihat orang-orang duduk, berbincang, tidur, diam, berdiri, terguncang-guncang, sibuk dengan barang bawaan, dan aku sibuk menikmati perjalanan pertamaku, yang akhirnya aku nikmati sendiri, karena tak sempat aku mencari temanku di gerbong paling belakang. Tak apalah, aku cukup senang bisa sendirian di tengah keramaian.
Beberapa stasiun terlewati sudah, temanku (yang duduk manis di gerbong belakang itu) memberi tahu, di stasiun selanjutnya setelah yang dilewati ini, kami turun. Entah karena bingung atau agak tidak konsentrasi berhubung melewatkan sarapan pagi, entah karena keasyikan menikmati pemandangan dalam kereta api, aku melewatkan pemberhentian itu (padahal aku sudah bertanya pada bapak dan ibu yang berdiri di sebelahku). Paniklah temanku (aku tertawa saja, karena yang aku bayangkan terjadi juga).
Kemudian aku turun di stasiun berikutnya, temanku sibuk menghubungiku, takut aku hilang sepertinya. Padahal aku senang, bisa melakukan perjalanan yang sedikit berbeda. Tapi akhirnya kita bertemu juga, dan bisa menghabiskan waktu bersama.
Tak ada yang istimewa, biasa saja ceritanya. Tapi entah mengapa, aku begitu bahagia, bisa menikmati hari, melihat sinar matahari pagi di stasiun kereta api. Melakukan perjalanan kecil yang belum pernah aku coba, salah turun pula.Yang aku tahu, aku masih harus belajar, mengenali perjalananku, sesingkat apapun itu.
(14 maret 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar/ulasan :