Kamis, 16 Juni 2011

terbentur jujur


Jujur itu berkata yang sebenarnya, tak perlu ditutupi apalagi dibumbui.
Tak usah mencari kata-kata yang indah dan penuh kiasan, cukup ungkapkan saja sebuah kebenaran. Mudah bukan ? Sayangnya keinginan untuk jujur, selalu diiringi kekhawatiran. Khawatir menyakitkan, khawatir mendapat tanggapan yang tak sesuai keinginan. Dan jujur juga diikuti kerelaan. Relakah dengan kata-kata yang sederhana, kita akhirnya mendapat cacian ? relakah dengan kalimat-kalimat yang telah tersusun penuh pertimbangan, kita hanya menuai hasil yang mengecewakan ?

Belajar jujur pada diri sendiri saja sulit.
Sebenarnya hal yang menyiksa justru itu, ketika kamu ditipu dirimu sendiri.
Merasa kuat, lalu pura-pura semua baik adanya, kemudian tertawa-tawa, padahal hatimu menangis pilu, namun tak ingin ada yang tahu.
Merasa mampu dan tak perlu dibantu, padahal dirimu tertatih tatih, berharap ada yang mau tahu.

Mengapa jujur saja diperhitungkan ? Kalau nanti bilang begini, disangka begitu. Kalau cerita begitu, disangka begini. Kalau sudah begitu, nanti bagaimana sikapnya ? Kalau sudah begini, apakah masih bisa kita diterima ?
Apalagi kalau menyangkut kesalahan, jelas jujur memang harus diperhitungkan dengan segala resikonya. Kejujuran juga biasanya akan mengubah jalan cerita hidup seseorang. 
 
Maka mari kita menyanyi lagu band Raja..."jujurlah padaku....."  :D

2 komentar:

  1. iyah.. kadang2 susah juga buat jujur sama diri sendiri... pura2 baik, pura2 bahagia padahal di hati nggak seperti itu :(

    BalasHapus
  2. :)iya, justru intinya kan disana, jujur pada diri sendiri. Tapi jujur pada diri sendiri kadang mempertimbangkan perasaan orang lain juga ya, hehe..

    BalasHapus

komentar/ulasan :